Pada 2020 ini Perguruan Muhammadiyah Kota Barat Solo mulai menapaki umur ke-20 atau dua dasawarsa. Untuk ukuran suatu lembaga pendidikan, umur demikian tergolong belia.
Meski masih belia, perguruan ini telah tumbuh dan berhasil merintis SD Muhammadiyah Program Khusus (PK) pada 2000, SMP Muhammadiyah PK pada 2010, Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak (KB-TK) Aisyiyah PK pada 2012, dan SMA Muhammadiyah PK pada 2016.
Ringkasnya, ada empat lembaga yang dipayungi sedemikian rupa agar tumbuh menjadi sekolah berkemajuan. Pada garis besarya pengertian sekolah berkemajuan bisa disejajarkan dengan istilah sekolah unggul, sekolah baik, sekolah urban, atau sekolah efektif.
Ciri sekolah unggul adalah mampu memelihara tata kelola dan budaya yang baik, sekaligus membuka ruang yang luas kepada warga sekolah untuk berkreasi dan berinovasi secara terus-menerus.
Sekolah mampu memelihara yang baik dan berinovasi agar lebih baik lagi sehingga mampu menjalankan fungsi pendidikan, ekonomi, politik, dan budaya secara optimal.Penambahan nama “Program Khusus” memiliki pesan yang sangat jelas, bahwa sejak awal kelahiran diproyeksikan sebagai sekolah yang berkemajuan.
Kelahiran SD Muhammadiyah PK merupakan perkawainan atau sinergi antara SD Muhammadiyah 1 Ketelan (Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Solo) dengan Takmir Masjid Kota Barat (SD Muhammadiyah 9). Sejak tahun 2000 Takmir Masjid Kota Barat mulai membangun gedung yang diproyeksikan untuk mengembangkan SD Muhammadiyah 9 yang mati suri.
Dalam waktu bersamaan, SD Muhammadiyah 1 mulai membuka satu rombongan belajar/kelas PK di samping tiga/kelas reguler sebagaimana biasanya. Setelah tiga tahun berjalan, pada tahun ajaran 2003/2004 kelas PK di Ketelan berpindah ke Kota Barat. Proses perpindahan berjalan alot dan berliku.
Tidak sedikit orang tua siswa kelas PK yang lebih memilih tetap di Ketelan. Perjalanan dari Ketelan ke Kota Barat meski dekat, tetapi terasa sangat panjang dan melelahkan. Peristiwa ini memberikan pelajaran berharga bahwa tantangan dan masalah sebesar apa pun bila ditangani dengan kepala dingin, kompak, dan sabar akan bisa diurai.
Menemukan Kekhususan
Sampai saat ini asal-usul istilah ”PK” masih menimbulkan tanda tanya dan belum terjawab secara tuntas. Di lingkungan pegiat pendidikan luar biasa (PLB), istilah ini digunakan untuk menunjukkan fenomena pembelajaran anak-anak berkebutuhan khusus.
Di sebelah lain, pada 1988, Menteri Agama Munawir Sjadzali mengenalkan istilah Madrasah Aliah Program Khusus (MAPK). Bila MA reguler komposisi kurikulum 70% umum dan 30% agama, di MAPK dibalik menjadi 30% umum dan 70% agama (Sjadzali, 1995: 85).
Dari sini diketahui bahwa istilah PK di lingkungan Kementerian Agama bermakna program keagamaan. Berbeda dengan pengertian di atas, istilah PK di Perguruan Muhammadiyah Kota Barat bukan untuk menunjukan fenomena pembelajaran anak-anak berkebutuhan khusus, juga bukan suatu pembalikan komposisi kurikulum 70%: 30%.
Awalnya sederhana sekali, istilah PK digunakan untuk membedakan sedemikian rupa dengan keberadaan kelas reguler di SD Muhammadiyah 1 Ketelan. SD ini sejak lama merupakan sekolah unggulan dan amal usaha Muhammadiyah tertua di Kota Solo. Berdasarkan dokumen yang sayaperoleh, SD ini lahir tahun 1920, bukan tahun 1935.
Saat itu (baca: tahun 2000) jumlah rombongan belajar di kelas reguler mencapai 50 siswa dan ditangani seorang guru. Di kelas PK maksimal 30 anak dan ditangani dua orang guru dengan tujuan agar proses pembelajaran lebih optimal.
Proses belajar siswa kelas reguler berlangsung setengah hari, sedangkan kelas PK dalam rangka menanamkan pembiasan baik, berlangsung sehari penuh (full day). Dua ciri khas inilah yang menjadi kerangka awal kekhususan dan titik yang membembedakan dengan kelas reguler.
Kerangka kekhususan awal itu kemudian dikembangkan lebih jauh lagi ketika pindah di Kota Barat. Di bawah mentor dan konsultan ahli, Mochamad Sholeh (1952-2008), berhasil menyusun dan mematenkan kurikulum sekolah syariat (KSS) yang diluncurkan pada 11 Juni 2005.
Dua tahun berselang berhasil merampungkan dan meluncurkan buku teks sains syariat. Turunan dari kurikulum dan buku teks syariat melahirkan suatu model pembelajaran yang khas, yakni model belajar guru produktif, siswa belajar mandiri di bawah bimbingan orang tua.
Ringkasnya, kurikulum syariat inilah yang menjadi ciri khas Perguruan Muhammadiyah Kota Barat. Saya gembira bisa turut terlibat dalam perintisan awal di Kota Barat. Sempat magang selama dua bulan (Mei-Juni) 2003 di Ketelan dan sejak tahun ajaran 2003/2004 menjadi nakhoda SD Muhammadiyah PK.
Selengkapnya: https://www.solopos.com/sekolah-berkemajuan-1040319#