Pimpinan Ranting Muhammadiyah Baturan adalah ranting Muhammadiyah yang secara garis struktural berada di bawah Cabang Baturan. Adapun medan dakwah di perkotaan juga sangat berbeda dengan daerah perdesaan. Kondisi masyarakat yang lebih majemuk dan tingkat variasi profesi yang berbeda terkadang memiliki angka pengaruh yang beragam dalam keberhasilan dakwah atau perluasan nilai-nilai Islam di Masyarakat (M. Rusli, 1985). Kondisi masyarakat kota biasanya cenderung lebih mudah untuk diajak berfikir tetapi sulit untuk diajak memahami Islam jika tidak sesuai dengan paradigma yang berkembang di sana.
Sebagai salah satu daerah elit yang terletak di Baturan, seharusnya geliat dakwah Islam dan Kemuhammadiyahan harus dapat terealisasi dan terinternalisasi lebih efektif dan efisien. Tetapi nyatanya di lapangan, PRM Baturan belum mampu berbuat banyak untuk menggeliatkan gerak dakwah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan di Masyarakat daerah sekitar Baturan. Berbeda dengan ranting-ranting Muhammadiyah yang lain, meskipun masih dalam gerak minimalnya tetapi memiliki kontribusi yang lebih baik dalam hal dakwah Islam dan Kemuhammadiyahan melalui kajian-kajian rutin yang diadakan.
Menurut aktivis setempat mengatakan “Apalagi di Baturan ada begitu banyak varian Gerakan Islam. Tidak hanya Muhammadiyah tetapi juga ada NU, MTA, LDII dan Aliran Abangan. Termasuk mereka yang tidak berafiliasi dengan organisasi manapun tetapi memiliki pemahaman yang sangat minimal terhadap Islam. Sehingga turut menjadi salah satu latar belakang kenapa perlu adanya revitalisasi dan penguatan nilai-nilai Al-Islam dan Kemuhammadiyahan di Baturan. Terutama bagi kader dan anggota PRM”.
Setelah melakukan telaah analisis dan melihat permasalahan yang terjadi pada mitra, maka secara garis besar perlu dilakukan Tim Pengabdi berpendapat bahwa perlu pendampingan penguatan internalisasi nilai-nilai Al-Islam yang bekerjasama dengan Pimpinan Ranting Muhammadiyah Baturan dengan memanfaatkan berbagai bentuk media dakwah. Oleh karena itu solusi yang dicoba ditawarkan adalah sebagai berikut:
- Membangkitkan Kembali instrumen dakwah dengan pola kajian, atau seminar keislaman yang diadakan secara rutin satu minggu sekali dengan memanfaatkan masjid sebagai tempat kegiatannya.
- Menghadirkan pembicara-pembicara yang dapat memotivasi untuk menguatkan Kembali dan merutinkan kembali instrument-instrumen dakwah di PRM Baturan.
- Membantu menjadi jalan penghubung antar pimpinan dan anggota Ranting Muhammadiyah Sukoharjo dalam setiap kegiatan kajian maupun seminar Ilmiah yang bertemakan nilai-nilai Keislaman dan Seputar Dinamika Kemuhammadiyahan.
- Memberikan nama kajian dengan istilah lain yang tidak mengidentikan dengan Gerakan Islam tertentu agar kajian dapat diikuti oleh seluruh elemen masyarakat pada umumnya. Terutama kajian berbasis pekan atau di masjid tertentu. Misalkan: “Kajian Malam Selasa” atau “Kajian Masjid Barokah”.
Selain berupa kajian rutin yang diikuti oleh masyarakat secara umum maka perlu ada kajian rutin khusus berbasis pada AUM. Mengumpulkan AUM-AUM yang ada di Ranting Baturan untuk bertemu dalam bentuk pertemuan rutin maupun kajian rutin. Bisa juga dengan memberinya nama berbasis waktu “Kajian Ahad Pagi” atau “Kajian Bulanan”.
Salah satu kegiatan diskusi AIK di PRM Baturan
Selama pengabdian tim melakukan beragam kegiatan untuk mensukseskan setiap agenda.
Seperti, Kajian rutin dilakukan setiap pekan dalam dua model. Kajian untuk umum PRM “Kajian Malam Selasa dan Kajian Masjid Barokah” dan Kajian bersifat khusus antara PRM dan AUM Se-Baturan. Kajian nantinya dapat dilakukan dengan daring maupun luring. Tetapi dalam hal ini ditekankan untuk luring bekerjasama dengan PRM dan masyarakat sekitar.
Pendampingan dan Pembinaan ini diharapkan diikuti oleh seluruh pimpinan, kader dan simpatisan PRM Baturan serta masyarakat sekitarnya. Di mana rencana pelaksanaan ditunjukan kepada dua kategori umur, yakni untuk anak-anak dan remaja serta untuk orang tua dan dewasa. Agar pesan-pesan Islam bisa didakwahkan secara maksimal untuk semua kalangan. Pertemuan Kajian dan Seminar Keislaman berlangsung selama 4-6 bulan dengan intensitas 12 kali pertemuan.
Adapun untuk materi yang disampaikan dapat dikategorikan menjadi empat garis besar. 1. Akidah Tauhid sebagai materi awal untuk membangun keikhlasan, kesabaran dan perjuangan dalam dakwah yang memotivasi. 2. Akhlak Islam sebagai bekal untuk memberikan penguatan adab dan etika serta karakter dalam peningkatan dan penguatan dakwah Islam yang humanis, berkemajuan dan mencerahkan. 3. Ibadah Muamalah, materi ini diharapkan mampu memberikan pandangan yang lebih terbuka dalam konsep ibadah-muamalah yang disesuaikan dengan cara Nabi Muhammad Saw.
Agar tidak terlalu pada pandangan mahzab-mahzab tertentu yang dapat merusak persatuan umat. 4. Washatiyah Ala Muhammadiyah, sebagai istilah lain bentuk implementasi karakter atau nilai-nilai Kemuhammadiyahan baik itu dalam struktur masyarakat maupun struktur organisasi. (Imron Rosyadi, 2019). Sehingga terjadi dinamika positif menuju arah kemajuan dengan tetap berpijak pada nilai-nilai Islam.
Dapat disebutkan disini sebagai salah satu contoh kegiatan adalah Kajian Bina Keluarga. Di mana kajian bina keluarga ini diharapkan dapat menjadi lahan penguatan dakwah dan penguatan nilai-nilai AIK di lingkungan masyarakat mitra melalui skup terkecil yakni keluarga. (Husni Thamrin, dkk, 2015).
Kajian ini dilakukan sebanyak 2 kali dengan diisi oleh pimpinan ranting Baturan Sendiri yakni oleh Bapak Kasimin dengan tema “Parenting sebagai Penguatan Akidah Generasi”, selain itu dari tim pengabdi yang dikoordinir oleh anggota mahasiswa diisi oleh Bapak Dr. Mohamad Ali dengan tema “Pendidikan Keluarga dan Kesejahteraan Umat”. Adapun yang menjadi peserta adalah anggota dan pimpinan Ranting Muhammadiyah Baturan serta warga sekitar. Kegiatan dilaksananakan berbasis masjid yakni di masjid Al-Furqan.
Respon masyarakatpun terlihat sangat antusias, seperti yang disampaikan oleh Abid Daffa aktivis remaja masjid di Baturan. Ia mengutarakan tentang kegiatan seperti ini sangat memotivasi, tidak hanya bagi yang sudah berkeluarga tetapi bagi yang belum berkeluragapun sangat dibutuhkan. Apalagi semangat Muhammadiyah dahulu memang selalu bermula dari membangun keluarga. Keluarga Muhammadiyah.
Harapannya ke depan dapat memotivasi warga persyarikatan secara umum bahwa semangat AIK itu tidak selamanya terkesan kaku, formal dan membosankan. Tapi AIK itu dalam pengamalannya adalah menggembirakan, kultural dan luwas dan luwes.