Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta menyelenggarakan International Conference on Islamic and Muhammadiyah Studies (ICIMS) dengan tema: Contribution of Muhammadiyah Movement to Science and Global Humanity. Seminar dilaksanakan pada Hari Jumat dan Sabtu tanggal 14-15 Januari 2022. Seminar dilaksanakan secara daring melalui Zoom.
Pemilihan tema “Contribution of Muhammadiyah Movement to Science and Global Humanity” sebagaimana yang disampaikan oleh Ketua Penyelenggara Moh. Zakki Azani, Ph.D adalah dilatarbelakangi oleh realitas bahwa Muhammadiyah sekarang ini tidak saja menjadi Gerakan yang berskala nasional apalagi hanya sebatas lokal, tetapi Gerakan Muhammadiyah menjadi Gerakan global kosmopolitanisme. Indikasi kosmopolitanisme itu dapat dilihat dari bagaimana Muhammadiyah sangat konsen pada penguasaan dan pengembangan Ilmu pengetahuan serta konsen Gerakan Muhammadiyah pada isu-isu kemanusian global. Baik itu isu global yang disebabkan karena masalah bencana politik-kemanusiaan maupun bencana alam.
International Conference kali ini memiliki tujuan setidaknya untuk mengetahui bagaimana Gerakan Muhammadiyah berkontribusi atau berperan sebagai Gerakan keilmuan dan Gerakan kemanusiaan global (Pusat pengembangan ilmu dan konsen Gerakan kemanusiaan). Menangkap realitas di atas maka Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta menyelenggarakan seminar international di atas dengan menghadirkan beberapa keynote speaker yaitu: Prof. Satomi Ogata dari Kyushu University Japan dan Assoc. Profesor M. Abdul Fattah Santoso dari Universitas Muhammadiyah Surakarta dan yang ketiga adalah Prof. Dr. Mustofa Dasuki Kesba dari Al-Azhar University Cairo.
Adapun terkait dengan tema ini Assoc. Profesor M. Abdul Fattah sebagai pembicara pertama menyampaikan bahwa peran Muhammadiyah sebagai Gerakan keilmuan dan Gerakan kemanusiaan global ini tidak terlepas dari identitasnya yang menjadikan Islam sebagai semangat Moderatisme dan Pembaharuan. Moderatisme terinspirasi dari konsep washatiyah dan pembaharuan terpengaruh dari konsep tajdid dimana makna tajdi memiliki 2 makna pokok yaitu: dinamisasi dan purifikasi.
Selain itu menurut beliau bahwa etos Muhammadiyah sangat dinamis dan progresif dengan diindikasikan adanya beberapa konsen Muhammadiyah dalam Gerakan kemanusian. Gerakan kemanusiaan yang mencakup Schooling, Healing, Feeding dan Preaching dalam rangka menciptakan kedamaian global. Terlebih gerakannya bersifat kosmopolitanisme sehingga tidak memandang golongan tertentu atau di tempat tertentu (global humanity) seperti ikut membangun perdamaian dunia, Lazismu, MDMC dan Memabangun Kerjasama International. Perannya dalam pengembangan Ilmu terlihat dari banyaknya lembaga penelitian di Muhammadiyah dan banyaknya lembaga-lembaga Pendidikan di Muhammadiyah mulai dari Pendidikan dasar hingga Perguruan tinggi.
Selanjutnya Pembicara kedua adalah Prof. Satomi Ogata yang menyampaikan masalah lain sangat penting yakni masalah halal-haram dalam makanan sebagai fenomena global yang dapat menjadi konsen dari Gerakan Muhammadiyah untuk berkontribusi pada masalah-masalah keumatan global. Terutama di negara-negara yang minoritas muslim seperti di Eropa, Jepang sendiri dan Amerika. Islam sebagai inspirasi pemilahan ketat terhadap makanan halal dan haram. Sedangkan Muhammadiyah sebagai bagian Gerakan Islam global itu, maka Muhammadiyah memiliki peran untuk berperan dalam mendorong untuk hati-hati dalam memilah makan dan minuman dan segala produk konsumsi lainnya.
Muhammadiyah memiliki peran menterjemahkan konsep-konsep agama terkait dengan masalah halal dan haram dari Al-Quran dan Hadits ke dalam Bahasa global agar setidaknya mampu menciptakan rasa saling memahami dan berdampingan dalam berharmoni dengan masyarakat global. Terutama di negara-negara minoritas muslim.
Kemudian pembicara yang ketiga yakni Prof. Dr. Mustofa Dasuki Kesba, berbicara seputar Peran Muhammadiyah dalam Pengembangan Tata Kota Yang Komprehensif dan Berkelanjutan Perspektif Maqashid Ekonomi Islam. Apalagi semenjak berdirinya Muhammadiyah berada di pusat kota Yogyakarta, tentu referensi ini menjadikan bagaimana seharusnya Muhammadiyah mampu menjadi teladan dalam membangun sebuah tatanan kota dan peradaban yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Lanjut beliau bahwa semangat inilah yang perlu dibawa dalam membangun ilmu, peradaban dan kemanusiaan global.
International Confrence dilanjutkan di hari selanjutnya untuk konferensi dan call for paper. Acara ini diikuti oleh sekitar 150-an peserta yang berpartisipasi untuk menyampaikan presentasi dengan tema-tema seputar Muhammadiyah dan Keislaman untuk membangun sains dan perdamaaian kemanusiaan Global.