Himpunan Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam (HMP PAI) mengadakan diskusi online dengan judul, “Pendidikan Kritis Dalam Pandangan Mansour Fakih”. Diskusi ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 20 Maret 2021 dimulai pukul 20.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB. Pemateri diskusi ini diisi oleh Fildzah Mangesti P.H. yang merupakan Sekretaris Umum I HMP PAI UMS dan Zein Azizah Mega P. yang merupakan Bendahara Umum IMM Muh. Abduh, lalu dimoderatori oleh Rafi’ul Izza Aminullah.
Diskusi online ini berlangsung melalui aplikasi google meeting dengan dihadiri 50 peserta yang mengikuti dari awal sampai akhir. Tidak hanya mahasiswa PAI saja yang bergabung, namun mahasiswa luar Program Studi Pendidikan Agama Islam juga ikut bergabung. Pada diskusi ini membedah sebuah jurnal yang membahas tentang pendidikan kritis dalam pandangan Mansour Fakih yang merupakan seorang filsuf. Tujuan diadakannya diskusi online ini adalah untuk mengetahui dan memahami pendidikan kritis menurut Mansour Fakih.
Alasan HMP PAI mengambil tema “Pendidikan Kritis dalam Pandangan Mansour Fakih” yaitu agar peserta diskusi memahami esensi dari pendidikan yang benar. Snowball sampling yang dilakukan Mansour Fakih berangkat dari teori yang dikemukakan oleh Paulo Freire yang kemudian dijadikan dasar bagi Fakih untuk dasar teorinya yaitu Pendidikan Kritis. Freire berpendapat bahwa pendidikan memiliki gaya yang sama seperti bank yaitu murid sebagai celengan dan guru sebagai penabung. Guru secara terus menerus menerangkan kepada murid atau “menabung” dan murid harus menerima, menghafal dan harus patuh kepada guru, Fakih juga berpendapat bahwa guru sebagai subjek dan peserta didik sebagai objek. Hal ini merupakan kesalahan namun pada kenyataannya memang demikian, ujar Panji selaku Ketua Panitia acara ini.
Kemudian dalam materinya, Zein Azizah menyampaikan, tujuan pendidikan kritis adalah memanusiakan manusia dari sistem dan struktur yang tidak adil dan kesadaran kritis menuju transformasi society.
Pemateri juga memaparkan bahwa, praktik pendidikan kritis sama dengan K-13, yang memiliki fungsi 5-M, antara lain; melakukan, mengumpulkan data, menganalisis, menyimpulkan, dan menerapkan.
Kemudian pemateri kedua, Fildzah Mangesti juga menjelaskan, bahwa pendidikan kritis ini memiliki manfaat output dan outcome-nya masing-masing, yang output-nya antara lain, menciptakan komunikasi multidimensi, menganalisa keadaan, mencari solusi atas permasalahan, dan melakukan aksi tindak lanjutnya. Kemudian manfaat outcome-nya antara lain, mengembangkan proses dialog, meningkatkan hubungan kesetaraan, membangkitkan kesadaran kritis, dan memberikan perubahan pada system pendidikan.
Partisipasi seluruh peserta dalam mengikuti acara diskusi ini sangatlah bagus, mengingat banyak sekali tanggapan dan pertanyaan yang diajukan para peserta, sehingga acara berjalan interaktif.
Walaupun begitu, acara yang dilakukan secara virtual juga mempunyai hambatan. Seperti hambatan eksternal, yang mana terdapat gangguan sinyal dari pemateri dan peserta. Panji berharap untuk acara selanjutnya, panitia memberitahu pemantik agar lebih mempersiapkan jaringan yang stabil mengingat diskusi dilakukan secara online. Namun, dari pihak HMP PAI akan mengupload rekaman diskusi online semalam di akun YouTube HMP PAI UMS.
Acara ini tidak ada follow up online kedua, namun kemungkinan HMP PAI akan melaksanakan diskusi online lagi dengan tema yang berbeda.