Workshop Internasionalisasi Pemikiran dan Gerakan Muhammadiyah oleh Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI), Prodi Ilmu al-Quran dan Tafsir, Prodi Hukum Ekonomi Syariah, Faklutas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, 31 Oktober- 1 Nopember 2014.
Workshop tersebut diselenggarakan bersama para aktivis muda dari Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM) poros Malang, sebagian Poros Jateng dan sebagaian poros DIY, dengan mendapat kunjungan para professor anggota JIMM alumni luar negeri terutama dari Australia, Eropa dan Amerika.
Dalam workshop tersebut dipresentasikan 33 dari 38 hasil penelitian tentang Best Practices Muhammadiyah dari para scholars, activist dan lecturer dari berbagai wilayah Indonesia dan luar negeri.
Alasan diselenggarakan workshop ini di antaranya adalah Muhammadiyah telah memasuki abad kedua. Tantangan dakwah abad ini tentu tak kalah rumit jika dibandingkan abad pertama. Pasalnya, Muhammadiyah yang merupakan gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi munkar dan tajdid tidak lagi berdiri sebagai ormas modern berbasis sosial kemasyarakatan di Indonesia, tetapi kini berhadapan dengan berbagai persoalan serius internasional. Persoalan internasional itu merupakan peluang bagi Muhammadiyah untuk semakin berkiprah untuk umat secara global.
Sebagai gerakan Islam yang dikenal sebagai gerakan purifikasi di satu sisi dan gerakan pembaharuan di sisi lain, dengan tantangan global yang semakin kompleks menuntut Muhammadiyah untuk merumuskan kembali visi, misi dan strategi gerakan dakwah tajdidnya dalam ranah global dan internasional, yang diharapkan dapat menjadi agen perubahan dan motor peradaban utama yang berlandaskan ajaran Islam yang memiliki sifat rahmatan lil alamin.
Tantangan ini di antaranya adalah bagaimana memelihara paham dan gerakan pemurnian untuk tidak mengarah kepada gerakan radikal dan menjaga visi dan pandangan tajdid-pembaharuannya tidak tergerus oleh infiltrasi paham liberal-sekular. Posisi ini tidak mudah bagi Muhammadiyah, karena memang kenyataanya radikalisme yang merusak dunia seringkali membonceng pada gerakan puritanisme, sebagaimana paham liberal-sekular membonceng dan membiasi konsep tajdid dan pembaharuan Islam.
Dengan bekal pengalaman berorganisasi selama seabad, Muhammadiyah diharapkan mampu mewarnai jagat pemikiran dan praksis sosial yang dibawa sebagai role model ditingkat global. Meminjam istilah Haedar Nashir (2011) dengan fondasi ideologi reformis dan moderat yang menjadi karakter gerakannya plus pandangan Islam yang berkemajuan dan berbagai potensi sumberdaya manusia, amal usaha, dan jaringan yang dimiliki, Muhammadiyah akan mampu menghadapi masalah dan tantangan yang menghadang betapa pun kompleksnya.
Inilah tantangan Muhammadiyah. Mencoba memberikan sesuatu kepada publik internasional dengan modal sosial yang telah dimiliki. Setidaknya, Muhammadiyah dapat berperan dalam tiga hal utama. Yaitu, ranah politik, ekonomi, dan kultural.
Untuk mengkaji peroalan-persoalan di atas Prodi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah), Prodi Ilmu Alquran dan Tafsir (Ushuluddin) dan Prodi Hukum Ekonomi Syariah FAI Universitas Muhammadiyah Surakarta bekerjasama dengan Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM) menyelenggarakan workshop dan diskusi nasional dengan tema “Internasionalisasi Pemikiran dan Gerakan Muhammadiyah” yang berlangsung pada hari Jumat-Sabtu, 31 Oktober – 1 Nopember 2014 di Kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diikuti sekitar 75 orang dari kalangan tokoh muda Muhammadiyah yang seluruhnya dating sebagai narasumber, dengan pidato pengantar oleh Rektor UMS, Prof Bambang Setiaji.