Sabtu, 12 Juni 2021 Himpunan Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam (HMP PAI) menyelenggarakan sebuah event yang diperuntukkanbagi kaum wanita yang diberi nama MANIS (Majelis Nisa). Acara MANIS kali ini diisi oleh pemateri Ririn Rahayuning Resti, Koordinator PIK HMP PAI UMS tahun 2018 dan Nisa A-Zahro Jauzaa’, Fasilitator Dream Program Inspiration Factory Foundation.
Pengangkatan tema “Emansipasi Wanita dalam Pandangan Islam” pada acara MANIS kali ini sangat menarik. Dalam konteks ini, tema tersebut sangat sesuai dengan audiens diskusi, dimana mayoritas bahkan hampir seluruh audiens adalah wanita. Selain itu, tema tersebut juga menjadi suatu pencerahan bagi kita khususnya bagi kaum wanita tentang definisi sesungguhnya mengenai emansipasi wanita dalam pandangan Islam. Sehubungan dengan itu, agar kelak kita tidak melampaui batas kodrat seorang wanita dengan mengatasnamakan ‘emansipasi’.
Definisi dan sejarah emansipasi wanita disampaikan oleh pemateri pertama yaitu Ririn hayuning Resti, Dia menyampaikan bahwa, “Emasipasi adalah pembebasan dari perbudakan atau persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, seperti persamaan hak kaum wanita dengan kaum pria. Selain itu, emansipasi wanita memiliki arti proses pelepasan diri para wanita dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah atau dari pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan untuk berkembang dan untuk maju. Definisi lain mengatakan bahwa emansipasi adalah gerakan yang mencita-citakan kehidupan setara antara perempuan dan laki-laki, yakni gerakan yang memperjuangkan keadilan bagi perempuan.”
Nisa A-Zahro Jauzaa’ sebagai pemateri kedua, banyak menyampaikan mengenai fenimisme dalam pandangan islam. Feminisme muncul dalam berbagai spektrum, sifatnya multikultural dan memiliki banyak aliran yang berbeda yang jika dilihat secara keseluruhan akan menunjukkan ruang untuk feminisme Islam. secara global, gerakan feminisme Islam telah mendukung advokasi hak-hak perempuan, kesetaraan gender, dan keadilan sosial yang didasarkan pada nilai-nilai Islam. Gerakan ini berakar dari Islam, namun tetap mempertimbangkan juga wacana feminis sekuler, Barat, atau non-Muslim. Terdapat beberapa pihak yang merasa bahwa feminisme dan Islam saling bertentangan, mereka perlu memahami bahwa Islam memuliakan pengetahuan dan perempuan yang kemudian dapat dilihat sebagai inti dari feminisme itu sendiri.